15 Januari 2010

Sirosis Hati dan Paracetamol

Hati (liver) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh (RSPI Sulianti Saroso, 2007). Hati adalah organ metabolisme terbesar dalam tubuh, dengan berat rata-rata sekitar 1.500 gram atau 2% dari berat badan orang dewasa normal (Price dan Wilson, 2005 dalam Dina Amalia, 2008). Hati terlibat dalam sintesis, penyimpanan dan metabolisme banyak senyawa endogen dan klirens senyawa eksogen, termasuk obat dan toksin yang lain dari tubuh.
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar, misalnya obat. Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah diekskresikan oleh ginjal. Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga terbentuk metabolit yang lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau empedu. Dengan faal sedemikian rupa, tidak mengherankan bila hati mempunyai kemungkinan yang cukup besar pula untuk dirusak oleh obat.
Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemui di Indonesia. Lebih kurang 40- 60 % dari pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam menderita kelainan hati. Kerusakan pada hati memiliki dampak besar pada berbagai proses dalam tubuh, termasuk pencernaan, penyerapan, penyimpanan, dan penggunaan vitamin dan mineral. Penyakit hati juga dapat menyebabkan malnutrisi karena beberapa alasan, yaitu menghambat / mengganggu pencernaan dan penyerapan makanan, mempengaruhi penggunaan gizi dalam tubuh, dan mengurangi pemasukan makanan karena rasa mual, hilangnya selera makan, dan muntah. Bila hati tidak berfungsi dengan semestinya, maka produksi, penggunaan, dan pengeluaran / ekskresi protein, karbohidrat, dan lemak berubah. Selain itu penyerapan serta penggunaan berbagai vitamin dan mineral juga berkurang.
Kasus kerusakan hati akut yang disebabkan oleh paracetamol (acetaminophen) meningkat dari 28% pada tahun 1998 menjadi 51% pada tahun 2003. Kebanyakan pasien yang menderita penyakit tersebut adalah wanita (74%). Penderita yang overdosis secara sengaja untuk kasus percobaan bunuh diri sebanyak 44% dan sebanyak 48% yang mengalami overdosis secara tidak sengaja, yaitu yang menggunakan obat ini secara kombinasi namun kandungannya sama-sama paracetamol (acetaminophen), atau mengkonsumsi lebih dari dosis yang dianjurkan dalam waktu yang lama. Semua pasien penguna paracetamol (acetaminophen) yang menderita kerusakan hati akut, 74 meninggal, 23 menerima transplantasi hati dan 178 bertahan tanpa transplantasi hati.
Parasetamol (acetaminophen) merupakan obat analgesik yang populer digunakan untuk melegakan sesak napas, demam, atau sakit ringan. Rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyatakan bahwa dosis aman mengonsumsi parasetamol tidak lebih dari 4000 mg dalam jangka 24 jam bagi orang dewasa dan anak berusia di atas 12 tahun. Namun parasetamol termasuk obat yang mudah didapat, sehingga overdosis obat baik sengaja ataupun tidak disengaja masih sering terjadi. Penggunaan parasetamol dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kerusakan liver, bahkan kematian. Untuk menghindari efek samping tersebut, maka FDA menurunkan dosis aman parasetamol, yakni 3.250 mg untuk orang dewasa (sebagian ahli merasa dosis ini masih terlalu tinggi) dan untuk dosis tunggal tidak lebih dari 650 mg.
Tes laboratorium sering kali digunakan untuk memastikan diagnosis (bersama-sama dengan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik/klinis) serta untuk memantau penyakit dan pengobatan, salah satunya adalah pemeriksaan alkali fosfatase (ALP). Alkali fosfatase sebetulnya adalah suatu kumpulan enzim yang serupa, yang dibuat dalam saluran cairan empedu dan selaput dalam hati, tetapi juga ditemukan dalam banyak jaringan lain. Peningkatan fosfatase alkali dapat terjadi bila saluran cairan empedu dihambat. Peningkatan pada fosfatase alkali dapat terjadi terkait dengan sirosis dan kanker hati.
Maka dari itu, untuk mencegah sirosis hati dalam jangka panjang, sebaiknya sedini mungkin kurangi konsumsi paracetamol, kecuali penggunaannya tidak bisa dihindarkan (terpaksa), agar organ hati kita senantiasa sehat tanpa adanya kelainan. Konsumsi bahan makanan alami dan tidak mengkonsumsi alkohol juga ampuh untuk mencegah sirosis hati.


Disadur dari berbagai sumber dan jurnal penelitian

1 komentar:

susilawati mengatakan...

saya minta izin buat copas y :D

Hilangkan Gabut di masa PPKM

Wabah COVID-19 kini sudah menyebar luas hampir ke seluruh dunia, termasuk negara kita tercinta,Indonesia. Semakin luasnya penyebaran COVID-1...