15 Januari 2010

Gizi bagi Atlet olahragawan yang Anemia

Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia dan hfewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagai bahan terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah zat besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh dan vitamin E yang mempengaruhi sintesis membrane sel darah merah. Anemia gizi merupakan salah satu masalah gzi di Indonesia. Sebagian besar anemia gizi ini adalah anemia gizi besi. Penyebab anemia gizi besi terutama karena makanan yang dimakan kurang mengandung besi terutama dalam bentuk besi hem. Anemi gizi besi terutama menyerang gologan rentan seperti anak-anak, remaja, ibu hamil, dan ibu menyusui. Tak luput pula, anemia gizi besi ini terjadi pada atlet karena dikaitkan dengan aktivitas, hemoglobin dan menstruasi bagi atlet wanita.
Anemia kekurangan zat besi dikarakteristikkan dengan kekurangan kapasaitas pembawa oksigen. Sebuah kondisi yang menyebabkan gangguan ketahanan atlet. Kekurangan zat besi biasanya dihubungkan dengan kekurangan fungsi imun, daya tahan dan penurunan kemampuan belajar.

Status Zat Besi dan Penampilan Atlet
Atlet mendapat perhatian khusus mengenai status zat besi karena sbagai pembawa oksigen dan fungsi enzim oksidatif yang merupakan faktor kritis dalam ketahanan fisik. Kekurangan zat besi merupakan salah satu kekurangan zat gizi yang umum terjadi dan dapat pula terjadi pada atlet. Penyebab kekurangan zat besi pada atlet antara lain:
Intake makanan
Intake makanan atlet, terutama atlet olahraga ketahanan, lebih difokuskan pada karbohidrat dan mengurangi daging-dagingan. Pola makan ini dihubungkan dengan penyediaan energi yang optimal namun sedikit intake zat besi. Daging-dagingan menyediakan zat besi yang tinggi daripada bahan makanan lain. Pada atlet vegetarian pun dapat terjadi kekurangan zat besi karena dikaitkan dengan penghindaran bahan makanan sumber hewani yang merupakan tinggi zat besi sehingga akan beresiko kekurangan zat besi pula. Jadi, intake zat besi yang rendah pada atlet tersebut dikaitkan dengan konsumsi bahan makanan yang kandungan zat besinya kurang.
Rendahnya penyerapan zat besi
Diperkirakan hanya 5-15% besi makanan diabsorpsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorpsi dapat mencapai 50%. Banyak faktor yang mem[pengaruhi absorpsi besi antara lain:
Bentuk besi dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapannya. Besi hem yang merupakan bagian dari mioglobin dan hemoglobin yang terdapat di dalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besinon-hem. Kurang lebih 40% dari besi di dalam daging ayam, dan ikan terdapat sebagai besi hem dan selebihnya sebagai besi non-hem. Besi non-hem juga terdapat di dalam telur, serealia, kacang-kacangan , sayuran hijau dan beberapa jenis buah-buahan. Makan besi hem dan non hem secara bersamaan dapat meningkatkan penyerapan besi non hem. Daging, ayam dan ikan mengandung suatu faktor yang membantu penyerapan besi. Faktor ini terdiri atas asam amino yang mengikat besi dan membantu penyerapannya.
• Asam organik seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi non hem dengan merubah betuk feri menjadi fero. Bentuk fero lebih mudah diserap. Vitamin C di samping membentuk besi-askorbat yang tetap larut dalam pH lebih tinggi dalam duodenum. Oleh karena itu, sangat dianjurkan mengonsumsi makanan sumber vitamin C setiap kali makan. Asam organik lainnya yaitu asam sitrat.
• Asam fitat dan faktor lain dalam serat serealia dan asam oksalat di dalam sayuran menghambat penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat besi sehingga mempersulit penyerapannya. Protein kedelai menurunkan absorpsi besi yag mungkin disebabkan oleh nilai fitatnya yang tinggi. Karena kedelai dan hasil olahannya mempunyai kandungan besi yang tinggi, pengaruh akhir terhadap absorpsi besi biasanya positif. Vitamin C dalam jumlah cukup besar dapat melawan sebagian pengaruh faktor-faktor yang menghambat penyerapan besi ini.
• Tanin yag merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi dan bebarapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau kopi waktu makan. Kalsium dosis tnggi berupa suplemen menghambat absorpsi besi namun mekanismenya belum diketahui secara pasti. Bayi dapat lebih banyak menyerap besi yang berasal dari ASI daripada susu sapi.
• Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam klorida di dalam lambung atau pnggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid menghalangi absorpsi besi.
• Faktor intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi, diduga karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.
• Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi besi. Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada masa pertumbuhan, absortpsi besi non hem dapat meningkat sampai sepuluh kali sedangkan besi hem dua kali.

Sport anemia
Sport anemia adalah keadaan tejadinya kerusakan sel-sel darah sebagai akibat latihan berat yang pada umunya menyebabkan kehilangan zat besi (Fe) sehingga kadar hemoglobin (Hb) menurun di bawah 12% untuk wanita dan di bawah 13% untuk pria. Tujuan penatalaksanaan makanan pada keadaan sport anemia adalah meningkatkan kadar hemoglobin sel darah merah dan meningkatkan pembentukan sel darah merah agar mencapai kadar Hb dan jumlah sel darah merah yang normal. Berbagai faktor penyebab terjadinya sport anemia antara lain:
• Ekskresi yang berlebihan melalui keringat pada keadaan tertentu misalnya pada saat menstruasi bagi atlet wanita
• Peningkatan kebutuhan zat besi karena terjadinya kerusakan sel darah merah
• Defisiensi zat-zat gizi pembentuk darah, seperti protein, vitamin B12, asam folat dan zat besi karena menurunnya nafsu makan maupun akibat program penurunan berat badan
• Reaksi faali akibat latihan ketahanan fisik yang berat sehingga menimbulkan hemodilusi dan berakibat “pseudoanemia”

Dengan mempertimbangkan keempat faktor penyebab sport anemia, pengaturan makanan bagi penderita sport anemia perlu mempertimbangkan hal berikut ini:
• Menambahkan variasai makanan yang banyak mengandung zat gizi penghasil sel darah merah baik hewani maupun nabati
• Menambah bahan makanan yang mengandung zat-zat yang membantu penyerapan zat besi seperti vitamin C, buah-buahan dan protein hewani
• Mengurangi bahan makanan yang mengandung zat yang menghambat penyerapan zat besi misalnya the dan kopi

Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang perlu dicermati dalam menangani penderita sport anemia:
• Penilaian status anemia dengan pemeriksaan laboratorium darah, hemoglobin, ferritin dan transferin
• Bila dianggap perlu, dapat diberi suplemen zat besi dan vitamin C berupa atablet sulfa ferrosus selama 2 bulan. Pemakaian tablet sulfa ferrosusakan mengakibatkan warna feses kehitam-hitaman dan kadang-kadang terjadi sembelit atau mual bila berlebihan.

1 komentar:

harly mengatakan...

Terimaksih banyak ya, saya memperoleh pengetahuan tambahan setelah membaca blog saudara,,
Ditunggu ya posting berikutnya..

butuh tambahan reverensi ..kunjungi..
REPOSITORY UNAND

Hilangkan Gabut di masa PPKM

Wabah COVID-19 kini sudah menyebar luas hampir ke seluruh dunia, termasuk negara kita tercinta,Indonesia. Semakin luasnya penyebaran COVID-1...