11 April 2010

Makanan dan Minuman Suplemen, serta Doping pada Atlet



    Prestasi olahraga merupakan dambaan setiap atlet. Ada yang meraihnya dengan cara berlatih dengan baik disertai asupan nutrisi yang optimal, namun ada yang melakukannya dengan cara mengkonsumsi berbagai suplemen, baik yang diperbolehkan maupun yang dilarang. Zat-zat yang dikonsumsi dengan tujuan meningkatkan kinerja saat berolahraga disebut zat ergogenik. Zat-zat ergogenik didefinisikan sebagai zat-zat yang dapat meningkatkan penggunaan energi, termasuk produksi, kontrol, dan efisiensi energi. Atlet seringkali menggunakan zat ergogenik untuk meningkatkan performans dan meraih kemenangan dalam kompetisi. Diperkirakan sekitar 1 sampai 3 juta atlet di Amerika Serikat menggunakan anabolik steroid.
    Zat-zat ergogenik diklasifikasikan dalam 5 kategori, yaitu (1) secara mekanik, misalnya penggunaan sepatu yang sangat ringan, (2) secara psikologis, seperti hipnosis, (3) secara fisiologis, misalnya doping darah, (4) secara farmakologis, misalnya suplemen anabolik steroid, dan (5) secara nutrisional, misalnya suplemen creatin. Zat-zat ergogenik digunakan secara spesifik berdasarkan cabang olahraga, misalnya atlet yang aktivitasnya tergantung pada kekuatan otot seperti pada olahraga angkat berat biasanya menggunakan anabolik steroid untuk meningkatkan massa otot. Beberapa atlet nomor endurans seperti pelari maraton dan balap sepeda menggunakan doping darah atau eritropoetin (EPO) untuk meningkatkan kapasitas angkut oksigen.
 
Antioksidan
    Antioksidan adalah substansi yang dapat mengatasi radikal bebas. Zat-zat yang termasuk antioksidan meliputi enzim, vitamin, mineral, dan phytochemical. Seperti diketahui, pada saat olahraga konsumsi oksigen meningkat sekitar 20 kali dari kondisi awal. Dengan demikian ada risiko terbentuk radikal bebas, terlebih pada olahraga dengan intensitas tinggi. Antioksidan dikatakan dapat mengurangi risiko yang terkait dengan meningkatnya jumlah radikal bebas yang terbentuk akibat latihan fisik, melindungi terhadap penyakit akibat proses penuaan, dan mencegah penuaan dini.
Riset penggunaan antioksidan pada atlet memberikan hasil yang bervariasi. Konsumsi antioksidan dalam bentuk multivitamin memberikan manfaat yang lebih baik selama latihan intensitas tinggi. Namun demikian, penggunaannya tetap harus berhati-hati, karena penelitian yang dilakukan biasanya untuk pemakaian jangka pendek. Untuk penggunaan jangka panjang belum cukup informasi tentang hal tersebut.
Kebutuhan perhari beberapa antioksidan adalah sebagai berikut: beta karoten 15-25 mg, vitamin C 150 mg, vitamin E 50-80 mg, dan selenium 50-100 µg. Pengunaan antioksidan biasanya relatif aman, asal dikonsumsi sesuai dosis anjuran. Dosis selenium lebih dari 900 µg dapat menyebabkan efek mual dan muntah, sedangkan vitamin larut lemak dapat menimbulkan efek toksik jika melebihi 10 kali lipat dosis yang diperbolehkan.
Suplemen Protein
    Suplemen protein dapat brupa bubuk yang dicampur ke susu atau air, dapat juga berupa protein batangan. Sebagian besar berupa protein susu. Suplemen protein diklaim dapat menstimulasi sistem imun dan mencegah menurunnya sistem imun akibat latihan berat. Namun demikian perlu diingat bahwa konsumsi protein berlebihan akan memperberat fungsi ginjal karena produk akhir protein adalah amonia yang harus dibuang melalui ginjal. Disamping itu harga suplemen ini biasanya mahal.
Ginseng
    Ginseng diklaim dapat meningkatkan pembentukan energi, meningkatkan konsentrasi, meningkatkan libido, dan menjaga kesehatan. Studi tentang ginseng memberikan hasil yang bervariasi, tergantung pada dosis, cara pemberian, desain penelitian yang digunakan, dan tipe ginseng yang digunakan.
    Dalam 100 g ginseng mengandung 338 kalori, 12,2 g protein, 70 g karbohidrat, beberapa vitamin, dan zat-zat aktif lainnya. Meskipun diperbolehkan, penggunaan ginseng harus berhati-hati, karena beberapa sediaan ginseng mengandung produk herbal lain, misalnya efedrin, yang tidak selalu tertulis dalam kemasan. Dosis harian dari akar kering ginseng 0,5-2 g per hari. Dosis toksik pada manusia belum diketahui.
L-Carnitin
    L-carnitin merupakan asam karboksilat rantai pendek, dibentuk secara endogen dari asam amino lisin dan metionin. Zat ini diklaim dapat meningkatkan kemampuan aerobik dan menurunkan lemak tubuh.
Sebuah penelitian yang menggunakan L-carnitin 4 g selama 7 hari disertai latihan anaerob intensitas tinggi tidak menunjukkan adanya efek ergogenik, namun hanya meningkatkan kadar serum carnitin. Penggunaan dalam dosis besar dapat menyebabkan diare. Hasil penelitian penggunaan L-carnitin sebagai zat ergogenik memberikan hasil yang bervariasi. Dari 13 penelitian yang sudah dilakukan, dilaporkan 9 penelitian tidak menunjukkan adanya efek suplementasi L-carnitin dalam meningkatkan kadar asam lemak, VO2max, maupun dalam meningkatkan performans, sedangkan 4 penelitian menunjukkan manfaat ergogenik L-carnitin.
Kafein
    Kafein digolongkan sebagai stimulan, diklaim dapat meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi, dan daya tahan. Efek samping yang sering timbul adalah kecemasan dan gangguan tidur. Efek diuretiknya berpotensi menimbulkan dehidrasi.
Dosis yang diperbolehkan tidak lebih dr 12 mcg/ml dalam urin (8 cangkir kopi).
Creatin Monohydrate
    Creatin monohydrate diklaim dapat meningkatkan kekuatan otot, memperbesar otot, membantu membakar lemak, dan meningkatkan daya tahan serta menunda kelelahan. Zat ini merupakan salah satu komponen dalam sumber makanan tinggi protein, seperti daging merah. Secara endogen dibentuk dari asam amino glisin, arginin, dan metionin oleh hati, ginjal, dan pancreas. Sebagian besar creatin disimpan di otot skelet, dan sekitar 5 % di jantung, otak, dan testis.
    Beberapa studi memperlihatkan efek jangka pendek suplementasi creatin dalam aktivitas yang menbutuhkan kekuatan dan poser. Namun demikian, suplementasi creatin tidak berdampak pada aktivitas yang membutuhkan daya tahan.
Doping dalam Olahraga
    Doping didefinisikan sebagai terjadinya pelanggaran satu atau lebih peraturan anti-doping yang dikeluarkan oleh badan anti-doping dunia. Adapun yang termasuk dalam doping adalah sebagai berikut:
1. Terdapat zat terlarang atau metabolit atau markers dalam sampel olahragawan
2. Menggunakan, memiliki, memperdagangkan zat erlarang atau metode terlarang.
3. Menolak menyerahkan sampel
4. Merusak atau upaya merusak sampel
5. Memberikan atau upaya memberikan kepada olahragawan.
    Zat-zat terlarang, yaitu anabolik agent, hormon dan zat terkait, beta-2 agonist, antagonis dan modulator hormon, diuretik dan masking agent lainnya. Masking merupakan penggunaan zat atau metode spesifik untuk mencegah atau mengelabui badan anti-doping dalam mendeteksi doping. Sebagai contoh penggunaan diuretik sebagai penurun berat badan, melarutkan urin, dan mengaburkan zat-zat lain, serta penggunaan probenesid untuk menghambat pengeluaran urin.
Metode terlarang yaitu meningkatkan transfer oksigen melalui doping darah, manipulasi kimiawi dan fisik, misalnya melalui infus intravena, merusak sampel, doping gen.
Zat terlarang dalam kompetisi yaitu stimulan, narkotika, cannabinoid, glucocorticosteroid. Zat terlarang dalam olahraga tertentu, yaitu alkohol dan beta blocker.
Penggunaan Zat-zat Ergogenik
    Penggunaan sistem rating dapat digunakan untuk menilai zat ergogenik. Warna merah berarti berhenti, artinya jangan dikonsumsi. Warna kuning berarti hati-hati. Warna hijau berarti boleh dikonsumsi.    Zat ergogenik dalam klasifikasi merah berarti harus dihindari karena tidak ada bukti ilmiah mempunyai efek ergogenik atau berbahaya bagi kesehatan, atau termasuk dalam daftar larangan IOC. Zat ergogenik dalam klasifikasi kuning berarti harus digunakan secara hati-hati karena masih dibutuhkan bukti penelitian terkait dengan manfaat dan keamanannya. Zat ergogenik dalam klasifikasi hijau boleh digunakan oleh atlet karena manfaatnya terbukti secara ilmiah selama dikonsumsi sesuai dosis yang ditentukan dan dalam periode waktu tertentu. Meskipun diklasifikasi hijau bukan berarti zat ergogenik ini boleh untuk setiap atlet. Zat ergogenik klasifikasi hijau dapat meningkatkan performans atlet untuk jenis olahraga tertentu.
    Beberapa contoh zat ergogenik klasifikasi merah yaitu androstendedione, DHEA, 19-norandrostendedione, 19-norandrostendediol, ephedra. Contoh zat ergogenik klasifikasi kuning yaitu ginseng, ginkgo biloba, coenzyme Q10, cytochrome c, carnitine, chromium, echinacea, glucosamine, glutamine, HMB, colostrum, kafein. Zat ergogenik klasifikasi hijau yaitu penggantian air dan karbohidrat, creatin, antioksidan, suplemen besi, suplemen kalsium, suplemen multivitamin dan mineral.
Sebagai respon terhadap penggunaan zat-zat ergogenik di kalangan atlet, dikeluarkan kebijakan yang mengatur penggunaannya dan program tes doping untuk memonitor. Jadi sangatlah penting untuk para praktisi mengetahui zat-zat ergogenik sehingga dapat menerapkannya dengan bijaksana dan dapat memberikan saran yang tepat bagi atlet.
Daftar Pustaka
Christiana Phillipou. Ergogenic Aids Used by Athletes. Presentation.
Maughan, R. 1999. Nutritional Ergogenic Aids and Exercise Performance. Nutrition Research Reviews, 12: 255-280.
Marc D. Silver. 2001. Use of Ergogenic Aids by Athletes. Am Acad Orthop Surg, vol.9, No.1:61-70.
Toho Cholik. 2007.Pedoman Anti Doping dalam Olahraga. Lembaga Anti-doping Indonesia, Jakarta.


 



 

7 komentar:

Anonim mengatakan...

bro, coba kalo tulisannya dibikin menarik pasti bnyak yg baca...
soalnya isinya bagus nih..
saran aja..
sory klo salah kata...

Yuano Assanioz mengatakan...

izin copas gan

Unknown mengatakan...

thx gan, tambahan ilmu tentang doping yg bermanfaat sekali untuk saya.

nih gan, udah ada yg disertifikasi suplemen tanpa doping
http://www.indonesiatransferfactor.com/2011/12/suplemen-atlet-olimpiade-tanpa-doping.html

Anonim mengatakan...

izin copas ya...

Unknown mengatakan...

izin copas yaa gan

Anonim mengatakan...

izin copas gan

Anonim mengatakan...

izin copas yah

Hilangkan Gabut di masa PPKM

Wabah COVID-19 kini sudah menyebar luas hampir ke seluruh dunia, termasuk negara kita tercinta,Indonesia. Semakin luasnya penyebaran COVID-1...